Minggu, 07 Oktober 2012

Cahaya Seribu Bintang



Disuatu siang yang terik, ada seorang mahasiswi yang sedang marah-marah mengeluh karena cuaca yang siang itu memang sangat panas, mahasiswi itu bernama Armitha Seha Safitri, biasa dipanggil mitha oleh teman-temannya. Pada saat itu Ia dikagetkan dengan nada dering ponselnya yang menghebohkan teman-teman disekitarnya. Ternyata sms dari teman komunitas difakultasnya, sms itu bertuliskan “besok kita akan pergi ke pantai daerah malang selatan, mau ikutkah kamu mit?” suasana hati berubah menjadi sejuk ketika Ia membaca sms itu. Dengan riangnya Ia membalas “berapa orang? Berangkat jam berapa? Ikuuuuuuuuuuutttt”.

Sepulangnya mitha dari kampus, dengan banyak senyum Ia memanggil ibunya, “mama mama, aku besok pagi mau ke pantai, boleh ya?”, dengan wajah yang datar ibunya menjawab, “oke, emang kamu punya uang?” tertawa malu Ia bilang tak punya sepeserpun, dengan harapan diberi uang saku oleh ibunya. “kreeekkk, terdengar suara ibunya saat membuka dombet merah menyala itu dan mengambil uang lembaran yang berwarna merah disodorkan kedepan mitha, “Cuma satu lembar ma?” sahut mitha, “kurang?” ibunya menjawab. Tak ada sahutan lagi dari mulut mitha yang banyak mengeluh itu, hanya dengan tersenyum sambil mencium dan memeluk ibunya Ia menjawab pertanyaan itu.

Lalu pergilah Ia kekamar dan menyalakan laptop, dimalam itu Ia terlihat sangat tak sabar untuk pergi kepantai esok pagi, makhlumlah mitha yang gemar bermain dengan alam itu, sudah lama sekali tak memanjakan tubuhnya dalam pelukan udara sejuk diantara mata mata yang dipenuhi warna hijau hijau.

“bangun pagi sinar mentari hangat dihati, seiring Bob Marley nyanyikan lagu cinta, Aku belum mandi dan gosok gigi, aku sudah di air dengan segelas kopi kupandang lautan lepas ” terdengan sebait lagu berjudul anak pantai yang sedang berputar di mp3 laptop mitha yang mengirinya untuk tertidur lelap, malam itu mitha berencana untuk tidur lebih awal, tapi niatnya digagalkan oleh adiknya yang merengek-rengek meminta mitha untuk menemaninya membeli sepatu, dengan nafas besar Ia bangun dari tempat tidurnya dan menyeret adiknya agar segera ganti baju. Malam itu terasa sangat panjang, gundah sudah Ia, takut jika esok pagi mitha tak bisa bangun tepat waktu.

Dengan muka kesal, mitha menemani adiknya yang cerewet itu. Dua jam sudah waktu yang Ia habiskan hanya untuk memilih-milih sepatu yang akhirnya juga jatuh pada pilihan pertama. Sesampainya dirumah, mitha masih tak bisa cepat tidur karena Ia yang baru saja menyentuh udara kejam malam itu. Perlahan dengan hangatnya kain selimut yang menyelimutinya, Ia pun akhirnya tertidur, tetap tak bisa Ia merasakan ketenangan dengan tidurnya yang tak nyenyak, Ia bermimpi kakinya dililit ular. Tak hanya malam ini saja, mitha sering sekali bermimpi seperti ini jika Ia merasakan lelah dihari itu.

Karena mimpinya yang buruk, Ia bangun sebelum sebuh, sebelum ayam tetangga berkokok, matanya tak bisa lagi Ia pejamkan, Ia hanya bisa berbaring dikasurnya dan menunggu waktu untuk matahari menyingsing. Hingga jam kamarnya berarah pada angka delapan, Ia bergegas keluar kamar dan mandi dengan cepat.

Detik demi detik Ia melalui dengan menyeruput segelas kopi buatannya yang biasa menjadi favorit ayahnya itu. Tak terasa jam berjalan hingga menuju ke angka sebelas, tak sabar Ia mengambil ponsel dan mengirimkan bbm (blackberry massengger) kepada temannya, “I’am ready hey bam, sudah jam berapa sekarang? Katanya jam 9 kita berangkat?” setengah jam kemudian temannya baru membalas “waktu memang jahat, tunggu sebentar lagi aku menjemputmu”.

Sebelum berangkat bersama-sama pun masih ada masalah, “tendanya kurang satu, bagaimana ini?” panik Ibam, “disana ada pondok, nggak usah bawa tenda banyak” jawab ganang. Lalu mitha bersama salah satu temannya ditugaskan untuk berangkat terlebih dahulu karena kita harus membeli ikan untuk bekal. Disepanjang perjalanan hingga pasar kepanjen, suasana hati mitha sedang ingin marah-marah, apalagi penyebabnya kalau bukan teriknya matahari yang menyengat.

Selesai berbelanja mereka meneruskan perjalanan hingga menemukan tempat sedikit rindang untuk beristirahat sejenak sambil menunggu rombongan delapan orang dengan empat motor  yang belum tiba. Sekitar setengah jam kemudian , rombongan datang dengan semangat "ayo kita teruskan perjalanan” sahut mereka kompak. Berjalan terus berjalan dengan belokan tajam tak terasa kalau pagi tadi mitha belum makan, “aku lapar sekali” serunya pada teman yang membonceng, dengan mengayunkan tangan pada teman lain yang dibelakang “ayo kita beristirahat sebentar sambil makan siang” bicaranya ke motor sebelah.

Selang beberapa belokan terlewatkan, mereka menemukan warung makan dan berhenti untuk makan sejenak. Setelah semua selesai makan, kembali semangat lagi mereka berteriak “sudah kenyang, mari kita lanjutkaaaaaan!! Hahahaha”. “greeenngg”, suara lima sepeda motor yang saling sahut menyahut. Waktu menunjukan pukul lima sore dan mereka masih harus menempuh perjalanan yang sekitar 6km lagi dengan kondisi jalanan berbatu yang lumayan terjal.

Beberapa kali sepeda motor mitha hampir terpeleset dan jatuh, dengan banyak keluhan, 
teriakan ketakutan akan jatuh lagi, dan lelah diperjalanan pun tak lagi terasa ketika mereka melihat papan bertuliskan “dilarang mandi dilaut”.
Senang sekali akhirnya pantai sudah tinggal beberapa jarak dalam meter, “waaaahhhh, seperti pulau milik sendiri, tak ada seorangpun disini kecuali kita” sahut kegembiraan kak Ajeng.

Langit pada sore itu berwarna jingga, orang, kuning, menuju matahari terbenam, menyisiri pantai dan berfoto-foto Firsta, Ajeng, Danny, Alif dan tak terkecuali mitha menghabiskan waktu mereka sebelum suasana menjadi gelap. Sementara Ari, Ganang, Ibam, Zuri dan Lucky mendirikan tenda.

Dingin sekali hembusan angin malam itu membuat mereka untuk mengumpulkan kayu untuk dijadikan api unggun dan membuat kopi, “sini sini kita main A B C an” suara danny terdengar melengking. Lalu semua berkumpul, bermain bersama sambil menikmati kopi, ada yang mengiringi permainan dengan gitar sambil bernyanyi, ada yang asik bermain dan tertawa, semua terlihat riang gembira.

Hingga saat waktu benar-benar menjadi gelap, tak ada penerangan yang dibawa mitha yang meninggalkan teman-temannya didepan itu, Ia berjalan menuju tepi pantai, memandang kearah laut lepas yang saat itu sedang pasang. Ia melihat sebuah cahaya orange yang sangat kecil, “apa itu ya? Kapalkan? Atau mercusuar?” batinnya.

Dengan pelukan angin dan suara gemuruh ombak yang besar, Ia terbawa suasana dan tiba-tiba ingat akan sesuatu, kenangan bersama sahabatnya dulu yang suka melihat bintang bersama, lebih dari empat tahun mitha kehilangan kabar darinya. Kepala menengadah ke atas, ternyata benar ribuan bintang masih ada, yang kerjanya hanya berkelip-kelipan sepanjang malam.

Kenapa semua pantai sama?
Selalu ada air
Selalu ada pasir
Selalu ada karang
Bisakah aku yakin bahwa semua hati sama seperti pantai ini?
Bisakah waktu kembali pada masa yang sama seperti kala itu?
Ribuan bintang itu memperlihatkannku akan kesetiaan
Kesetiannya pada kegelapan
Pada malam yang terkenal gelap
Adakah kamu berdiri disana menatapku
Adakah kamu berdiri disana tersenyum padaku
Adakah kamu berdiri disana menyapaku
Teriakan kemunafikanmu buyarkan semua janji persahabatan
Mungkin kamu dan aku tak pernah ada
Mungkin waktu hanya bermain-main
Ah.. sudahlah...

Itulah suara hati mitha saat Ia terselimuti angin yang mengiringi suara ombak yang berteriak memanggil tubuh rentannya itu.


                                                                                    Pantai jonggring saloko
                                                                                    Sabtu, 6 oktober 2012

Senin, 30 Juli 2012

apa bisa - kotak


Jika aku jadi kamu aku akan dengarkan
Jika aku jadi kamu aku akan perhatikan
Yang ku keluhkan selalu
Pantasnya kamu dengarkan aku dulu
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Kali ini apa masih bisa aku tahan denganmu
Sebenarnya apa masih bisa kamu sayangi aku, apa bisa
Jika aku jadi kamu tidak sulit mengalah
Karena aku ingin lama sama kamu berjalan
Yang ku keluhkan selalu
Pantasnya kamu dengarkan aku dulu
Kali ini apa masih bisa aku tahan denganmu
Sebenarnya apa masih bisa kamu sayangi aku
Apa bisa, apa bisa, apa bisa (kali ini apa masih bisa)
Kali ini apa masih bisa aku tahan denganmu (aku tahan denganmu)
Sebenarnya apa masih bisa kamu sayangi aku (apa bisa)
Kali ini apa masih bisa (apa bisa)
Sebenarnya apa masih bisa (apa bisa)
Kali ini apa masih bisa kita bersama-sama, apa bisa

haruskah atau harusnya aku tau?

satu kata saja..

tindakkah kau mengerti arti disetiap nafasku adalah untukmu..
tidakkah kau tahu, cintaku tak sedalam lautan..
tak setinggi gunung bahkan tak mencapai langit
tapi cintaku.. seluas hatimu menerimaku disisihmu..
sudah ku menyelami lautan, sudah ku mendaki gunung
sudah ku menyebrangi samudra..
sudah ku temukan titik oksigen tertinggi..
hingga batas nafas aku tetap berdiri..
sambil menunggumu, aku sudah berpetualang dalam luasnya alam semesta
Ia mengijinkanku untuk  menginjak tanahnya..
berjalan dan berlari sebisa dan semampuku

tapi aku rasa, hanya mengukur dalamnya hatimu,
hanya menyebrangi luasnya hatimu,
hanya mendaki tingginya hatimu,
bahkan untuk berjalan dan berlari didalam hatimu
aku tak mampu, sungguh hanya satu langkah aku merasa lelah
apakah kau begitu tak mengijinkanku untuk berpetualang dihatimu?

dapatkah kau menyadarinya, diamlah sedetik saja..

Kamis, 26 Juli 2012

Dear God - 02:17am

Tuhan..
ini fikirku, ini egoku, ini hatiku, ini mauku, ini kataku, ini kalimatku, ini mulutku..
biarkan aku berbicara, berfikir, dan berkata semauku, sekarang.
aku tau.. Engkau ada dimana mana..
aku punya internet, aku punya social media, aku punya facebook, twitter, aku punya aku punyaa..
aku tau Kau juga punya, Kau juga punya untuk memantau kita semua
Tuhan, aku tak tau cara menyampaikan curahan hatiku
aku tak tau cara menyampaikan apa yang kufikirkan
aku tak tau cara berbicara
aku tak tau cara berdoa, meminta, dan memohon padaMu
aku hanya percaya Kau memang ada, dan berada dimana mana..
biar orang lain tau mauku, aku tak peduli.
aku hanya tak bisa menyimpan dan memendam keluhku..

Tuhan, bolehkah aku bertanya kepadaMu?
Kau inginkan ku untuk menjadi apa?
menjadi apa? manusia yang bagaimana?
apakah manusia yang hanya bisa bernafas?
Tuhan, apa memang harus seperti ini aku berjalan?
setiap langkah penuh keluhan?
terasa kabut tebal menghalangi jalanku saat ini
aku tak bisa melihat apapun
tak bisa, semua putih penuh kabut tebal dingin mendekapku
haruskah aku diam disini?
atau terus berjalan dengan keyakinan
bahwa tak ada lubang dan jurang untuk jalan yang akan kulalui didepan nanti?
aku harus bagaimana?

ini hidupku..
aku ingin berguna, tapi aku tak ingin citra
aku ingin merasa puas dengan diriku sendiri
sekali saja, aku bisa menangis haru untuk apa yang telah aku lakukan

sebelum hidupku Kau akhiri dengan waktu yang aku tak akan pernah tau,
berikanlah aku kesempatan untuk bisa tersenyum
dan merasa berguna untuk sesama, merasa berarti untuk sesama,
merasa aku adalah pasangan yang Kau ciptaan untuk makhlukMu yang lainnya..
dan beritahu aku arti dari (cinta, cinta kasih, kasih sayang)
tunjukanlah itu, dan biarkan nanti aku menutup mata dengan rasa itu
dan tersenyum karna itu..
:)

Jumat, 20 Juli 2012

tak kehilangan apa apa

aku tak pernah merasa kehilangan apapun
hanya saja semua berubah
yang ada tetap ada
hanya ditempat yang berbeda


dan aku tak pernah merasa kehilangan dirimu
kedekatan menjadi jauh
semua tetap ada
engkau masih ada, disana
dan aku masih ada, disini

hanya hati kita yang sudah tak bersama lagi
berpindah atau tetap pada tempatnya aku tak tau
yang kutau, hanya tetap ada dan masih ada

untuk hatiku :
jangan pernah merasa kehilangan apa apa
ketika kau masih percaya Tuhan